Budaya , Kesenian , Adat Istiadat, Pengertian budaya, Definisi budaya, Budaya jawa, Budaya lokal, Budaya sunda, Sosial budaya

Selasa, 31 Januari 2012

Akhlaq Rasul SAW Tauladan Agung Manusia

         Tugas para nabi dan rasul secara umum adalah menyampaikan risalah kepada manusia. Di antara manusia ada yang menerima dan beriman kepada Allah, namun banyak di antara manusia yang mengingkarinya.
          Mereka yang menerima risalah dan beriman maka ia menjadi seorang muslim dan mu’min. Iman dan Islam mereka terlihat dari pancaran wajah dan perilaku kehidupan mereka. Itulah kesempurnaan akhlaq. Sebagaimana sabda Rasul SAW,“Sesungguhya aku telah diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur”.

Metode Dakwah Rasul SAW 
Pengertian metode dakwah
            Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan, Metode dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara penyampaian (tabligh) dan berusaha melenyapkan gangguan-gangguan yang merintangi.
             Drs. KH A. Syamsuri Siddiq menjelaskan bahwa metode berasal dari bahasa latin: methodos artinya “cara” atau cara bekerja, di Indonesia sering dibaca metode. Logis juga berasal dari bahasa Latin artinya “ilmu”, lalu menjadi kata majemuk “Methodologi” artinya ilmu cara bekerja. Jadi methologi dakwah dapat diartikan ilmu cara berdakwah.

                 Sementara itu Drs. Salahuddin Sanusi menyebutkan jika kata metode itu berasal dari methodus yang artinya “jalan ke methode yang telah mendapat pengertian yang diteriam oleh umum yaitu cara-cara, prosedur atau rentetan gerak usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Metode Dakwah ialah cara-cara penyampaian ajaran Islam kepada individu, kelompok ataupun masyarakat supaya ajaran itu cepat dimiliki, diyakini serta dijalankan.
                 Adapun  Drs. Abdul Kadir Munsyi menjelaskan metode artinya cara untuk menyampaikan sesuatu. Yang dinamakan metode dakwah ialah cara yang dipakai atauyang digunakan untuk memberikan dakwah. Metode ini penting untuk mengantar kepada tujuan yang akan dicapai.
              Dari beberapa definisi metode dakwah di atas dapatlah dicermati bahwa pendapat para ahli tersebut mempunyai kesamaan yaitu metode dakwah merupakan cara yang dipakai dalam menyampaikan dakwah.
Jadi kesimpulannya metode dakwah adalah cara bagaimana menyampaikan dakwah sehingga sasaran dakwah atau al mad’u mudah dicerna, dipahami, diyakini terhadap materi yang disampaikan.”
               Adapun metode yang ditempuh Rasul SAW di dalam berdakwah menyampaikan risalahnya secara umum  ialah:
1.    Memberi peringatan
2.    Mengagungkan robb
3.    Membersihkan diri dari dosa/ taubat
4.    Iklhas
5.    Bersabar
               Sebagaimana tertulis dalam bab “Perintah melaksanakan dakwah kepada Allah dan materi dakwah” Siroh Nabawiyah oleh Syaikh Shofiyyurohman Al Mubarakfury.
               “Nabi SAW mendapat berbagi macam perintah dalam firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ(1) قُمْ فَأَنْذِرْ(2)وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ(3) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ(4)
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ(5) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ(6) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
                  Artinya: Hai orang yang berselimut, bangunlah, berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (Al Mudatsir: 1-7)
                 Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata, yang dapat dirinci sbb:
1. Tujuan pemberian peringatan agar siapapun yang menyalahi keridhoan Allah di dunia ini diberi perngiatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.
2. Tujuan mengagungkan rob, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaannya akan dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang menyisa di dunia selain kebesaran Allah.
3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar perbuatan lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan agar jiwa manusia berada di bawah lindungan rahmat Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah dan cahaya Nya, sehingga ia menjadi sosok ideal di tengah masyarakat manusia, mengundang pesona semua hati dan decak kekaguman.
4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan, agar seseorang tidak mengangap perbuatan dan usahanya sesuatu yang besar lagi hebat, agar dioa senantiasa berbuat dan berbuat, lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan perasaannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban.
5. dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan dan olok-olok yng bakal dilancarkan orang-orang orang yang menentang, dan bahkan mereka akan berusaha membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman di sekitar beliau. Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tapi karena keridhoan Allah semata.”

Dakwah Rasul SAW dalam pembentukan akhlaqul karimah
                Setelah membaca dari awal tulisan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa tujuan diutusnya Rasul SAW adalah menjadikan manusia bertauhid. Bertauhid artinya ia mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah.
Allah Ta’ala berfirman:
                (وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا))
               “Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”. (An-Nisaa: 36)
              Sementara ibadah adalah segala macam perbuatan yang dicintai Allah SWT meliputi Islam (Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji), Iman, Ihsan, Do’a, Khauf (takut), Raja’ (pengharapan), Tawakkal, Raghbah (penuh minat), Rahbah (cemas), Khusyu’ (tunduk), Khasyyah (takut), Inabah (kembali kepada Allah), Isti’anah (memohon pertolongan), Isti’adzah (meminta perlindungan), Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), Dzabh (penyembelihan), Nadzar dan macam-macam ibadah lainnya yang diperintahkan.
               Seluruh bentuk ibadah itu kaitannya adalah dengan Allah SWT dan manusia seluruhnya. Maka barang siapa memiliki tauhid yang paling lurus maka dialah yang paling bertaqwa. Barangsiapa yang paling bertaqwa maka dialah yang paling baik akhlaqnya. Insan yang berakhlaq mulia (Akhlaqul Karimah) adalah ia yang memiliki pakaian taqwa. Jika taqwa itu adalah mematuhi perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya, maka manusia yang paling bertaqwa adalah ia yang paling memiliki kemuliaan akhlaq. Allah SWT berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ        
           “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (Qs. Al Hujuroot: 13)
                   Rasulullah SAW ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukan orang ke syurga, maka beliau SAW bersabda, “Bertakwa kepada Allah dan Akhlak yang baik” (Diriwayatkan At Tirmidzi).
                  Islam yang dibawa oleh Rasul SAW adalah peraturan yang membina akhlaq. Atau dengan kata lain pembinaan akhlaqul karimah adalah tujuan diutusnya Rasul SAW di atas muka ini. Ini adalah inti dari pada seruan dakwah Rasul SAW.
                    Karena hanya Islamlah yang akan menuntun manusia dan jin sehingga menjadi makhluk yang mulia dan pantas ditinggikan derajatnya. Dia, manusia itu, akan menjadi sesosok figur yang mampu mempertanggung-jawabkan hak dan kewajiban dirinya sendiri kepada Allah, dalam keluarga dan bahkan dalam tatanan masyarakat yang lebih luas. Sebab figur akhlaq tertinggi adalah dia, manusia mulia, pilihan sang Rabb pemilik langit dan bumi beserta segala yang ada di antara keduaannya, sebagai mana firman Allah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW:
                       وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
                    “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. Al Qolam: 04)
                Realisasi dari semua ini adalah ittiba’ur Rasul SAW, sebaik-baik suri tauladan bagi umatnya, figur akhlaq paling ideal, dan idola paling mulia di kolong langit ini.
                Mengikuti Rasul SAW berarti mengikuti pula seluruh jalan para shahabatnya, para manusia yang berakhlaq mulia dan generasi terbaik yang kemudian diikuti oleh para tabiitnya. Mereka adalah generasi-generasi awal Islam yang berhasil merubah kebrobrokan aqidah, kebejatan akhlaq, kekotoran muammalah dan hinanya masa manusia jahiliyah menjadi masyarakat muslim yang berkibar peradabannya dengan aqidah lurus dan akhlaq yang luhur.
                 Walhasil, akhlaq bangsa ini bisa diselamatkan hanya jika kita mengikuti pola dakwah generasi generasi awal terdahulu, generasi-generasi yang shalih, yang sulit dicari tandingannya, sehingga  satu-satunya jalan untuk mengembalikan kemuliaan kaum muslimin adalah dengan meniti jalan yang telah di tempuh oleh para pendahulunya, yaitu golongan salafus shaleh.
                     Berkata Imam Malik dalam kitabnya, Al Muwattho’:  “Tidak akan menjadi baik urusan  ummat ini kecuali dengan apa-apa yang telah membuat urusan ummat ini baik pada awal mulanya”
               Fenomena wahn, lemah dan kebobrokan akhlaq manusia terutama generasi muda di masyarakat kita pada saat ini, terutama realita kehidupan keseharian mereka, maka hal itu disebabkan karena jauhnya mereka dari cahaya Islam. Materialisme dan sekulerisme yang mewabah di seluruh dunia, telah membawa umat Islam jauh dari akhlaq yang diteladankan Rasul SAW.
                 Melesatnya era globalisasi dan kemajuan tekhnologi telah membuat manusia tidak mengimbangi dengan percepatan tatanan moral yang semakin tinggi dan luhur. Namun akhlaq sebaliknya, semakin melesat mundur dengan cepatnya. Dan kaum muslimin sesungguhnya telah kalah dan akan hancur eksistensinya kecuali mereka kembali kepada ajaran Islam, kembali mengikuti fitrah mereka, kembali kepada ajaran tauhid yang bersih dari syirik dalam makna seluas-luasnya.
                Adapun metode dakwah yang tepat pada saat ini adalah pola dakwah yang mengikuti pola Rasul SAW. Dan jalan dakwah Rasul sesungguhnya berada di atas pola tasfiyah (pembersihan dan pemurnian) ummat dari akhlaq jahiliyah berupa kemusryikan, kebathilan dan kejahilan, kemudian di bina dan di tarbiyahnya ummat itu dengan ahkhlaq Islam berupa tauhid.
Sumber: www.masbadar.com

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Akhlaq Rasul SAW Tauladan Agung Manusia

0 komentar:

Posting Komentar